
Blades of the Forgotten Realm: Bab 10 (Pedang dari Alam Terlupakan)
Pertempuran di Sanctum Eterna
Dengan keempat Kunci Primordial di tangannya, Arya melangkah menuju Sanctum Eterna, tempat kekuatan purba dunia disegel. Peta kuno menunjukkan bahwa Sanctum terletak di pusat benua, tersembunyi di bawah gunung yang dikenal sebagai Kokohnya Batu Malam, sebuah tempat yang tidak pernah dijelajahi sebelumnya.
Sanctum Eterna: Gerbang ke Kekuatan Dunia
Setelah perjalanan panjang melewati hutan, lembah, dan dataran tandus, Arya akhirnya berdiri di depan gunung yang menjulang tinggi. Sebuah pintu batu besar, dihiasi ukiran simbol elemen dan waktu, menghalangi jalannya.
Keempat Kunci Primordial mulai bersinar, merespons energi Sanctum. Arya menempatkan setiap kunci ke dalam lekukan yang sesuai pada pintu.
Saat kunci terakhir dipasang, pintu mulai terbuka dengan suara gemuruh, memperlihatkan lorong panjang yang diterangi oleh cahaya biru pucat. Di ujung lorong, Arya melihat altar besar yang memancarkan cahaya emas. Di sanalah Eterna, inti dari semua kekuatan dunia, tersembunyi.
Namun, Arya merasakan sesuatu yang salah. Udara menjadi dingin, dan bayangan mulai bergerak di dinding.
“Dia sudah di sini,” bisik Arya pada dirinya sendiri.
Kaelen: Pengkhianatan Terungkap
Saat Arya melangkah lebih dekat ke altar, bayangan di sekitarnya berkumpul, membentuk sosok yang dikenalnya: Kaelen. Namun, kali ini, tubuh Kaelen tampak lebih gelap dan lebih besar, dengan sayap bayangan yang melingkupinya.
“Aku harus berterima kasih padamu, Arya,” kata Kaelen dengan suara dingin. “Tanpa usahamu mengumpulkan kunci-kunci itu, aku tidak akan bisa sampai sejauh ini.”
Arya menghunus Pedang Harmoni. “Kau tidak akan pernah menyentuh Eterna, Kaelen. Kekuatan itu bukan untukmu.”
Kaelen tertawa, suara yang menggema di seluruh Sanctum. “Arya, kau tidak mengerti. Keseimbangan itu hanyalah kebohongan. Dunia ini adalah tempat yang kacau, dan hanya mereka yang kuat yang pantas menguasainya. Dengan Eterna, aku akan menciptakan dunia yang sempurna, tanpa kelemahan.”
“Dunia yang sempurna tanpa kelemahan adalah dunia tanpa kehidupan,” balas Arya dengan tegas.
Kaelen melangkah maju, mengangkat tangannya. Bayangan di sekitarnya menyerang Arya dengan kekuatan dahsyat, tetapi Arya menangkis serangan itu dengan Pedang Harmoni. Pertarungan pun dimulai.
Pertempuran Terbesar
Kaelen menggunakan kekuatan dari bayangan untuk menciptakan ilusi yang menutupi seluruh ruangan. Arya tiba-tiba menemukan dirinya berada di tengah desanya yang hancur, dengan penduduk desa menangis meminta tolong.
“Ini adalah apa yang akan selalu terjadi tanpa kekuasaan mutlak,” kata Kaelen dari kegelapan. “Setiap kali kau mencoba melindungi keseimbangan, dunia akan tetap hancur.”
Arya hampir terguncang oleh ilusi itu, tetapi dia mengingat pelajarannya dari Kuil Jiwa Pedang dan ujian Nyx. Dia memusatkan pikirannya, memanggil kekuatan Pedang Harmoni, dan menyapu ilusi itu dengan cahaya terang.
“Dunia ini mungkin tidak sempurna, tapi itu bukan alasan untuk menghancurkannya,” kata Arya.
Kaelen, marah, menggabungkan seluruh kekuatan bayangannya menjadi serangan besar. Ruangan Sanctum berguncang saat bayangan Kaelen bertabrakan dengan cahaya Pedang Harmoni.
Panggilan Eterna
Di tengah pertempuran, altar Eterna mulai bersinar lebih terang. Kekuatan yang begitu besar terpancar, membuat Arya dan Kaelen berhenti sejenak. Suara lembut namun penuh wibawa bergema di ruangan itu.
“Siapa di antara kalian yang layak menyentuhku?”
Kaelen melangkah maju. “Aku adalah pemimpin Ordo Kehampaan. Aku telah melalui kegelapan untuk mencapai tempat ini. Aku layak mendapatkan kekuatanmu.”
Arya, meskipun lelah, juga berdiri tegap. “Aku tidak ingin menguasaimu, Eterna. Aku hanya ingin melindungi dunia ini dari kehancuran.”
Suara itu terdiam sejenak, sebelum berkata, “Hanya mereka yang memahami keseimbangan sejati yang bisa memegang kekuatanku tanpa kehancuran. Kalian berdua akan diuji.”
Ujian Terakhir
Eterna menciptakan dua arena terpisah untuk Arya dan Kaelen. Arya harus menghadapi bayangannya sendiri, yang mewakili keraguan dan kelemahan terbesarnya.
Bayangan Arya menyerangnya dengan kata-kata tajam: “Kau tidak cukup kuat. Kau hanya manusia. Kau akan gagal.”
Namun, Arya mengingat semua pelajarannya dari perjalanan ini—tentang menerima kelemahan sebagai bagian dari kekuatan.
“Aku mungkin lemah,” kata Arya, “tetapi aku tidak akan menyerah pada ketakutan. Aku akan terus berjuang, karena itulah yang membuatku manusia.”
Dengan itu, Arya mengalahkan bayangannya sendiri, dan arena itu menghilang.
Kaelen, di sisi lain, tidak bisa mengatasi kesombongannya. Dia mencoba menggunakan kekuatan mentah untuk menghancurkan ujian, tetapi Eterna menolak usahanya.
“Kau telah gagal memahami esensi dari kekuatanku,” kata suara Eterna kepada Kaelen.
Final: Kekuatan Harmoni
Arya kembali ke altar, di mana Eterna kini melayang di depannya.
“Engkau telah membuktikan bahwa kau memahami keseimbangan sejati,” kata Eterna. “Tetapi kekuatanku terlalu besar untuk dimiliki oleh siapa pun. Aku hanya bisa menyatu dengan dunia melalui dirimu, Penjaga Harmoni.”
Dengan itu, Eterna menyatu dengan Pedang Harmoni, meningkatkan kekuatan pedang itu ke tingkat yang belum pernah ada sebelumnya.
Kaelen, yang kini lemah dan kehilangan sebagian besar kekuatannya, mencoba menyerang Arya untuk terakhir kalinya. Namun, dengan satu tebasan dari Pedang Harmoni yang telah diperkuat, Arya memusnahkan bayangan Kaelen.
“Ini adalah akhir dari ambisimu, Kaelen,” kata Arya.
Kaelen menghilang bersama bayangannya, meninggalkan dunia ini untuk selamanya.
Penjaga Keseimbangan Baru
Setelah pertempuran, Sanctum Eterna mulai hancur, seolah-olah tugasnya telah selesai. Arya keluar dengan Pedang Harmoni yang kini bersinar lebih terang dari sebelumnya.
Dia tahu bahwa perjalanannya belum selesai. Meskipun ancaman Kaelen telah berakhir, dunia masih membutuhkan seorang penjaga yang bisa melindungi keseimbangan dan memastikan bahwa kekuatan seperti Eterna tidak pernah disalahgunakan.
“Aku tidak tahu apa yang ada di masa depan,” pikir Arya, “tetapi aku akan siap menghadapi apa pun yang datang.”
Dengan Pedang Harmoni di tangannya, Arya melangkah keluar, memulai babak baru sebagai Penjaga Keseimbangan Dunia.