
Blades of the Forgotten Realm: Bab 3 (Pedang dari Alam Terlupakan)
Arya telah kembali ke desa Wirasena dengan keempat Pedang Takdir. Penduduk desa menyambutnya dengan sukacita, tetapi di tengah kebahagiaan itu, Arya merasakan sesuatu yang tidak beres. Langit di atas desa menjadi gelap, angin bertiup kencang, dan tanah mulai bergetar.
Dari kejauhan, Arya melihat sosok gelap muncul. Itu adalah Varun, Raja Gelap yang seharusnya telah dihancurkan. Namun, kali ini, kekuatannya tampak lebih besar.
“Kau pikir aku akan kalah selamanya, anak muda?” suara Varun bergema, membawa hawa dingin ke seluruh desa. “Kematian hanyalah awal bagiku. Dengan sihir kegelapan, aku telah kembali, lebih kuat dari sebelumnya.”
Penduduk desa berteriak ketakutan, sementara Arya berdiri tegap, memegang keempat pedangnya.
“Aku tidak takut padamu, Varun,” kata Arya. “Aku telah bersiap untuk pertempuran ini.”
Varun tertawa. “Kau mungkin memiliki Pedang Takdir, tetapi mereka hanyalah alat. Kau tidak tahu kekuatan sebenarnya yang mereka miliki.”
Kekuatan yang Terpecah
Arya merasa bingung dengan ucapan Varun. Dia tahu bahwa pedang-pedang itu kuat, tetapi Varun seolah-olah mengetahui sesuatu yang tidak dia ketahui. Tiba-tiba, Varun mengangkat tangannya, dan kekuatan gelapnya mulai menarik energi dari Pedang Kegelapan di tangan Arya.
Pedang Kegelapan mulai bergetar, hampir seperti memberontak. Arya merasakan tarikan yang luar biasa kuat, seakan-akan pedang itu ingin kembali kepada Varun.
“Pedang Kegelapan adalah bagian dari kekuatanku,” kata Varun. “Dan sekarang, ia kembali ke tuannya.”
Arya mencoba melawan, tetapi Varun berhasil merebut Pedang Kegelapan darinya. Dengan pedang itu di tangannya, Varun tampak lebih kuat dan lebih menakutkan.
“Kini aku memiliki apa yang kubutuhkan untuk menghancurkan dunia ini,” katanya sambil tertawa.
Mencari Kebenaran Pedang
Setelah Varun menghilang ke dalam kabut gelap, Arya jatuh berlutut. Kehilangan Pedang Kegelapan membuatnya merasa tidak lengkap. Dia menyadari bahwa meskipun memiliki tiga pedang lainnya, dia tidak sepenuhnya memahami potensi mereka.
“Apa yang sebenarnya terjadi?” Arya bergumam.
Saat itu, suara pria tua yang pernah dia temui di Alam Terlupakan bergema di kepalanya.
“Pedang-pedang itu bukan hanya senjata. Mereka adalah kunci untuk membuka rahasia alam semesta. Jika kau ingin menghentikan Varun, kau harus memahami jiwa setiap pedang.”
Arya berdiri. Dia tahu apa yang harus dia lakukan: kembali ke Alam Terlupakan untuk mencari jawaban.
Alam Terlupakan yang Berubah
Ketika Arya masuk kembali ke portal yang tersembunyi di gua air terjun, dia menemukan bahwa Alam Terlupakan telah berubah. Dulu, dunia itu dipenuhi warna-warna cerah dan keindahan, tetapi kini semuanya gelap dan suram.
Di tengah kegelapan itu, Arya bertemu dengan penjaga pedang yang pernah dia temui: Drakos, Freya, dan Zephyr.
“Alam ini mencerminkan kekacauan yang dibawa oleh Varun,” kata Drakos, Sang Penjaga Api.
“Dia menggunakan Pedang Kegelapan untuk merusak keseimbangan dunia ini,” tambah Freya.
“Arya,” kata Zephyr dengan nada serius, “kau harus menemukan inti kekuatan pedang-pedangmu. Hanya dengan begitu kau bisa melawan Varun.”
Arya mengangguk. “Bagaimana aku melakukannya?”
“Pergilah ke Kuil Jiwa Pedang di pusat Alam Terlupakan,” jawab Freya. “Di sana, kau akan menemukan jawaban.”
Kuil Jiwa Pedang
Perjalanan menuju Kuil Jiwa Pedang tidaklah mudah. Arya harus melawan makhluk-makhluk kegelapan yang semakin kuat. Dia menggunakan Pedang Api untuk membakar jalan di hutan yang gelap, Pedang Es untuk membekukan sungai beracun, dan Pedang Angin untuk melawan badai yang menghadang.
Setelah berhari-hari bertarung, Arya akhirnya tiba di Kuil Jiwa Pedang. Bangunan itu besar dan megah, terbuat dari batu hitam dengan ukiran-ukiran kuno. Di tengah kuil, terdapat sebuah altar besar dengan lingkaran bercahaya.
Ketika Arya mendekati altar, ketiga pedangnya mulai bersinar terang, seakan-akan mereka merespons energi di dalam kuil.
Rahasia Jiwa Pedang
Cahaya dari altar berubah menjadi sosok manusia. Itu adalah roh dari pencipta Pedang Takdir, seorang wanita bernama Aelira, yang dikenal sebagai penjaga keseimbangan dunia.
“Arya,” kata Aelira dengan suara lembut, “kau telah membuktikan keberanianmu, tetapi itu belum cukup. Kau harus memahami hubungan antara pedang dan jiwa mereka.”
Aelira menjelaskan bahwa setiap pedang memiliki jiwa yang mewakili elemen dunia: Api untuk keberanian, Es untuk pengendalian diri, Angin untuk kebebasan, dan Kegelapan untuk penerimaan diri.
“Ketika kau menggunakan pedang-pedang ini, kau bukan hanya mengendalikan elemen mereka, tetapi juga menghubungkan dirimu dengan nilai-nilai yang mereka wakili,” kata Aelira.
Arya menyadari bahwa selama ini dia hanya melihat pedang sebagai senjata, bukan sebagai bagian dari dirinya.
“Kau harus menyelaraskan dirimu dengan jiwa ketiga pedang ini. Hanya dengan begitu kau bisa menghadapi Varun dan merebut kembali Pedang Kegelapan,” kata Aelira.
Latihan Penyelarasan
Di dalam kuil, Arya memulai latihan penyelarasan. Dia harus menghadapi ujian mental dan emosional untuk benar-benar menyatukan jiwanya dengan setiap pedang.
Dengan Pedang Api, Arya belajar untuk mengendalikan keberaniannya agar tidak berubah menjadi kesombongan.
Dengan Pedang Es, dia belajar untuk menahan emosi dan bertindak dengan kepala dingin di tengah tekanan.
Dengan Pedang Angin, dia belajar untuk mempercayai instingnya dan mengambil keputusan yang membebaskan dirinya dari keraguan.
Setelah berminggu-minggu latihan, Arya akhirnya berhasil menyelaraskan dirinya dengan ketiga pedang. Mereka tidak lagi hanya senjata di tangannya, tetapi perpanjangan dari jiwanya.
Pertarungan Terakhir
Dengan kekuatan baru, Arya meninggalkan Kuil Jiwa Pedang dan kembali ke dunia nyata. Dia tahu bahwa Varun sedang mempersiapkan serangan terakhir untuk menghancurkan dunia ini.
Di sebuah dataran tandus yang penuh dengan langit gelap dan petir, Arya berhadapan dengan Varun.
“Kau kembali?” ejek Varun. “Apa yang bisa kau lakukan tanpa Pedang Kegelapan?”
Arya menghunus ketiga pedangnya, yang bersinar dengan kekuatan yang luar biasa.
“Aku tidak membutuhkan Pedang Kegelapan untuk melawanmu,” kata Arya dengan tegas. “Aku memiliki jiwa yang lebih kuat dari kegelapanmu.”
Pertarungan pun dimulai. Arya menggunakan Pedang Api untuk menyerang dengan kekuatan besar, Pedang Es untuk melindungi dirinya dengan perisai es, dan Pedang Angin untuk meluncur cepat menghindari serangan Varun.
Namun, Varun juga sangat kuat. Dengan Pedang Kegelapan di tangannya, dia menciptakan makhluk bayangan dan serangan mematikan yang hampir membuat Arya kewalahan.
Kekuatan Sejati Pedang Kegelapan
Di tengah pertempuran, Arya mendengar suara Aelira di kepalanya.
“Arya, Pedang Kegelapan bukan milik Varun. Itu adalah bagian dari keseimbangan. Kau harus merebutnya kembali dengan menerima kegelapan dalam dirimu.”
Arya menyadari apa yang harus dia lakukan. Dia tidak lagi melawan Pedang Kegelapan, tetapi membuka hatinya untuk menerimanya.
Saat Varun mencoba menyerang, Arya melompat ke arah Pedang Kegelapan. Begitu dia menyentuhnya, pedang itu berhenti memberontak dan kembali ke tangan Arya.
Varun menjerit. “Tidak mungkin! Kau tidak bisa memiliki semuanya!”
“Pedang-pedang ini adalah bagian dari diriku,” kata Arya. “Dan dengan mereka, aku akan mengakhiri kegelapanmu.”
Kemenangan dan Keseimbangan

Dengan keempat pedang di tangannya, Arya menggabungkan kekuatan mereka menjadi satu serangan dahsyat yang menghancurkan Varun dan sihir gelapnya.
Langit yang gelap berubah cerah, dan dunia kembali damai. Arya berdiri dengan keempat pedang, merasa bahwa tugasnya telah selesai—setidaknya untuk saat ini.
“Aku bukan lagi hanya seorang pencari pedang,” katanya. “Aku adalah penjaga keseimbangan dunia ini.”
Dengan hati yang tenang, Arya kembali ke desanya, membawa harapan baru untuk masa depan.