
Blades of the Forgotten Realm: Bab 8 (Pedang dari Alam Terlupakan)
Petualangan Arya: Jejak Ordo Kehampaan
Setelah pertemuannya dengan Kaelen, utusan Ordo Kehampaan, Arya merasa bahwa setiap langkah dalam perjalanannya kini diawasi. Dengan dua Kunci Primordial di tangannya, dia tahu bahwa Ordo Kehampaan akan melakukan apa saja untuk menghentikannya menemukan dua kunci yang tersisa.
Peta yang diberikan Ezekiel menunjukkan lokasi berikutnya: Pegunungan Awan Gelap, wilayah terpencil di utara yang selalu diselimuti badai dan angin dingin. Kunci ketiga, yang disebut Kunci Langit, tersembunyi di sana, dijaga oleh makhluk legendaris bernama Stryx, roh angin yang dikenal tidak pernah tunduk kepada siapa pun.
Misteri Pegunungan Awan Gelap
Perjalanan menuju Pegunungan Awan Gelap sangat berat. Angin dingin menusuk kulit, dan kabut tebal membuat Arya kesulitan melihat jalan di depannya. Saat mencapai lembah pertama, Arya merasakan kehadiran sesuatu yang aneh.
Dari balik kabut, muncul sekelompok makhluk berjubah hitam dengan wajah yang tertutup bayangan. Mereka tidak menyerang secara langsung, tetapi mengepung Arya dengan lingkaran sihir yang memancarkan energi gelap.
“Ordo Kehampaan mengawasimu,” kata salah satu dari mereka dengan suara yang serak. “Serahkan Kunci Primordial dan kami akan membiarkanmu hidup.”
Arya menghunus Pedang Harmoni, yang langsung memancarkan cahaya terang, membubarkan sebagian lingkaran itu. “Jika kalian ingin kunci ini, ambillah dari tanganku!”
Pertarungan pun dimulai. Para makhluk itu menyerang dengan kecepatan luar biasa, menggunakan sihir bayangan untuk menciptakan ilusi yang membuat Arya sulit membedakan kenyataan. Namun, dengan elemen angin dari Pedang Harmoni, Arya menciptakan pusaran yang mengusir kabut dan ilusi mereka.
Akhirnya, Arya berhasil mengalahkan mereka. Salah satu dari mereka, sebelum menghilang, berkata, “Kaelen akan menemukanmu. Dan ketika dia melakukannya, tidak ada tempat untuk bersembunyi.”
Pertemuan dengan Stryx
Setelah pertarungan itu, Arya melanjutkan perjalanannya hingga mencapai puncak Pegunungan Awan Gelap. Di sana, dia menemukan sebuah altar besar yang dikelilingi oleh awan hitam yang berputar cepat. Di tengah altar, sebuah bola kristal bercahaya biru berdenyut lembut.
Namun, sebelum Arya bisa mendekat, angin tiba-tiba berubah menjadi badai. Dari dalam awan hitam, muncul makhluk besar berbentuk burung raksasa dengan sayap selebar langit. Tubuhnya bersinar dengan kilat yang menari-nari di sekitar bulunya.
“Aku adalah Stryx, penjaga Kunci Langit,” kata makhluk itu dengan suara yang menggema. “Apa tujuanmu mencarinya?”
Arya berdiri tegap. “Aku adalah penjaga Pedang Harmoni. Aku mencari kunci ini untuk melindungi keseimbangan dunia.”
Stryx menatap Arya dengan mata yang bersinar seperti bintang. “Keseimbangan dunia? Aku telah melihat manusia menghancurkan keseimbangan itu berkali-kali. Kenapa aku harus mempercayaimu?”
Arya merasakan bahwa kata-kata saja tidak cukup untuk meyakinkan Stryx. “Jika kau tidak mempercayaiku, ujilah aku,” katanya. “Aku akan membuktikan bahwa aku layak.”
Ujian Langit
Stryx menciptakan sebuah arena dari awan, tempat Arya harus menghadapi badai angin, kilat, dan ilusi yang diciptakan oleh roh penjaga itu.
“Aku akan menguji ketekunan dan kebijaksanaanmu,” kata Stryx.
Arya harus melompat dari satu pilar awan ke pilar lainnya sambil menghindari serangan kilat yang datang dari segala arah. Dia menggunakan elemen angin dari Pedang Harmoni untuk mempercepat gerakannya, tetapi badai itu semakin kuat setiap kali dia mendekati kristal biru di tengah arena.
Di tengah ujian, Stryx menciptakan ilusi yang menunjukkan desanya terbakar, dengan penduduk yang menjerit meminta tolong. Arya hampir tergoda untuk menyerah dan kembali, tetapi dia mengingat ajaran Zephyr tentang kebebasan: terkadang, membiarkan sesuatu terjadi adalah bagian dari menerima takdir.
“Aku tidak akan terjebak oleh ilusi,” kata Arya dengan tegas, menggunakan Pedang Harmoni untuk memecahkan ilusi itu.
Akhirnya, setelah melewati ujian berat, Arya berhasil mencapai kristal biru.
“Kau telah membuktikan bahwa kau layak,” kata Stryx sambil menyerahkan kristal itu kepada Arya. “Tapi ingat, menjaga keseimbangan bukanlah tugas yang mudah. Kau akan menghadapi lebih banyak kegelapan di depan.”
Ancaman dari Kaelen
Saat Arya turun dari Pegunungan Awan Gelap dengan Kunci Langit, dia menemukan tanda-tanda bahwa Kaelen semakin dekat. Penduduk desa yang dia temui dalam perjalanan melaporkan bahwa seorang pria bertopeng telah melintasi daerah itu, meninggalkan jejak kehancuran.
Ketika Arya tiba di sebuah desa kecil untuk beristirahat, dia menemukan tempat itu telah dihancurkan. Di tengah reruntuhan, ada sebuah pesan yang diukir di tanah:
“Arya, waktumu hampir habis. Temui aku di Kuil Bayangan di Timur, jika kau cukup berani.”
Arya tahu bahwa ini adalah jebakan, tetapi dia tidak punya pilihan. Kaelen pasti memiliki petunjuk tentang Kunci Primordial terakhir, dan Arya tidak bisa membiarkan mereka mencapainya lebih dulu.
Perjalanan ke Kuil Bayangan
Kuil Bayangan, seperti yang disebutkan dalam legenda, adalah tempat di mana energi gelap berkumpul, tersembunyi di dalam lembah yang diliputi kegelapan abadi. Dalam perjalanan ke sana, Arya merasa Pedang Harmoni semakin berat, seolah-olah energi gelap dari kuil itu menghalanginya.
Ketika dia tiba di kuil, Kaelen sudah menunggunya, berdiri di atas altar yang dipenuhi simbol-simbol Kehampaan. Di tangan Kaelen, ada sebuah artefak gelap yang memancarkan energi seperti Belati Pengkhianat, tetapi lebih kuat.
“Arya, kau benar-benar gigih,” kata Kaelen dengan suara dingin. “Tapi perjuanganmu sia-sia. Dunia ini tidak membutuhkan keseimbangan. Dunia ini membutuhkan penguasa.”
Arya menghunus Pedang Harmoni. “Kau tidak akan pernah mengerti arti keseimbangan. Itu bukan tentang kekuatan atau penguasaan. Itu tentang menjaga dunia tetap utuh.”
Kaelen tersenyum. “Kalau begitu, tunjukkan padaku kekuatanmu, Penjaga Harmoni.”
Pertarungan di Kuil Bayangan
Pertarungan pun dimulai. Kaelen menggunakan artefak gelapnya untuk menciptakan bayangan yang menyerang Arya dari segala arah. Setiap kali Arya memotong bayangan itu, mereka kembali terbentuk, semakin kuat.
Arya menyadari bahwa ini adalah ujian mental, bukan hanya kekuatan fisik. Dia menenangkan pikirannya dan mulai menggunakan Pedang Harmoni dengan cara yang lebih bijaksana, menggabungkan elemen-elemen api, es, angin, dan kegelapan untuk mengimbangi serangan Kaelen.
Namun, Kaelen semakin kuat. Dengan setiap serangan, dia tampaknya menyerap energi dari kuil itu, membuatnya hampir tak terkalahkan.
“Energi gelap ini adalah bagian dari dunia ini,” kata Kaelen. “Dan kau tidak bisa melawannya.”
Arya merasa terdesak, tetapi dia mengingat ajaran Aelira: Keseimbangan tidak hanya tentang melawan kegelapan, tetapi juga menerima bahwa itu adalah bagian dari dunia.
Dengan pemahaman baru itu, Arya menggunakan Pedang Harmoni untuk menyerap sebagian energi gelap dari kuil, mengubahnya menjadi kekuatan yang seimbang. Dengan serangan terakhir, dia berhasil memukul mundur Kaelen, tetapi tidak menghancurkannya sepenuhnya.
Kaelen tersenyum lemah sebelum menghilang ke dalam bayangan. “Ini belum selesai, Arya. Kita akan bertemu lagi.”
Kunci Terakhir
Setelah pertarungan, Arya menemukan petunjuk tentang lokasi Kunci Primordial terakhir: Hutan Malam Kekal, tempat di mana waktu dan ruang menjadi kabur.
Dengan tiga kunci di tangannya, Arya tahu bahwa perjalanan ke kunci terakhir akan menjadi ujian terbesar. Namun, dia juga tahu bahwa dia tidak bisa menyerah.