Blades of the Forgotten Realm: Bab 9

Blades of the Forgotten Realm: Bab 9
Blades of the Forgotten Realm: Bab 9

Blades of the Forgotten Realm: Bab 9 (Pedang dari Alam Terlupakan)
Menuju Hutan Malam Kekal

Setelah pertarungan di Kuil Bayangan, Arya merasa kelelahan. Namun, tekadnya untuk menyelesaikan pencarian ini semakin kuat. Dengan tiga Kunci Primordial di tangannya, dia berangkat ke tempat yang paling misterius dalam peta: Hutan Malam Kekal.

Hutan ini dikenal sebagai wilayah yang tidak pernah dijamah manusia. Konon, waktu berhenti di sana, dan mereka yang masuk ke dalamnya tidak pernah kembali. Namun, peta yang diberikan Ezekiel menunjukkan bahwa Kunci Primordial terakhir berada di tengah hutan itu, dijaga oleh roh kuno bernama Nyx, penjaga waktu dan ilusi.

Malam yang Tak Berakhir

Ketika Arya tiba di tepi hutan, dia langsung merasakan keanehannya. Matahari yang bersinar terang di langit tiba-tiba menghilang begitu dia melangkah masuk. Kegelapan menyelimuti segalanya, hanya diterangi oleh cahaya redup dari Pedang Harmoni di pinggangnya.

Langkah Arya terdengar menggema, meskipun tanah di bawah kakinya lembut. Pohon-pohon menjulang tinggi, daun-daunnya berkilauan seperti bintang. Namun, setiap kali Arya melangkah maju, dia merasa seperti kembali ke tempat yang sama.

“Ini adalah ilusi,” pikir Arya. “Nyx tidak akan membiarkanku menemukan kunci begitu saja.”

Arya mencoba menggunakan elemen angin dari Pedang Harmoni untuk membuka jalan, tetapi angin itu hanya berputar tanpa arah, seolah-olah hutan ini memiliki kehendak sendiri.

Bayangan Masa Lalu

Saat Arya melangkah lebih dalam, dia mulai mendengar suara-suara dari masa lalunya: tawa ibunya, suara ayahnya yang memanggil namanya, dan tangisan sahabat-sahabatnya yang telah gugur.

“Apakah kau pikir kau cukup kuat untuk menyelamatkan dunia ini?” suara itu bergema dari segala arah.

Arya melihat bayangan dirinya yang lebih muda, berdiri dengan ekspresi ragu.

“Kau hanya seorang anak desa,” kata bayangan itu. “Apa yang membuatmu berpikir kau bisa melawan kekuatan seperti Kaelen atau Ordo Kehampaan?”

Arya merasa dadanya sesak, tetapi dia mengingat ajarannya di Kuil Jiwa Pedang. Dia tahu bahwa ketakutan ini adalah bagian dari dirinya, dan untuk melawannya, dia harus menerimanya.

“Aku tidak sempurna,” kata Arya dengan suara tegas. “Tapi itu tidak akan menghentikanku untuk mencoba.”

Dengan kata-kata itu, bayangan itu memudar, dan jalan di depannya menjadi jelas.

Blades of the Forgotten Realm: Bab 9

Pertemuan dengan Nyx

Di tengah hutan, Arya menemukan sebuah danau hitam yang memantulkan bintang-bintang di langit. Di atas danau itu, melayang sebuah bola kristal berwarna ungu, dikelilingi oleh kabut bercahaya.

Namun, sebelum Arya bisa mendekati kristal itu, seorang wanita dengan jubah hitam dan mata bercahaya muncul dari dalam kabut. Tubuhnya seperti bayangan, tetapi kehadirannya begitu kuat.

“Aku adalah Nyx, penjaga waktu,” kata wanita itu. “Apa yang kau cari di sini, Penjaga Harmoni?”

Arya membungkuk hormat. “Aku mencari Kunci Primordial terakhir untuk melindungi keseimbangan dunia.”

Nyx menatapnya lama, seolah-olah mencoba membaca pikirannya. “Keseimbangan adalah konsep yang rapuh, manusia. Bahkan jika kau menemukannya, apa yang membuatmu yakin bahwa dunia ini pantas untuk dilindungi?”

Arya tidak langsung menjawab. Dia tahu bahwa ini adalah ujian, dan dia harus menjawabnya dengan jujur.

“Dunia ini tidak sempurna,” kata Arya. “Ada kegelapan, kesalahan, dan penderitaan. Tapi juga ada harapan, cinta, dan keberanian. Aku percaya bahwa keseimbangan bukan tentang menghilangkan semua kegelapan, tetapi memastikan bahwa cahaya tetap ada untuk melawannya.”

Nyx tersenyum tipis. “Jawabanmu menarik. Tapi untuk mendapatkan kunci ini, kau harus melewati ujian terakhir.”

Ujian Waktu

Nyx mengangkat tangannya, dan Arya tiba-tiba menemukan dirinya berada di masa lalunya sendiri. Dia melihat desanya, Wirasena, sebelum kehancuran yang dibawa oleh Raja Gelap Varun. Penduduk desa tertawa, bekerja di ladang, dan bermain bersama.

Namun, di tengah kebahagiaan itu, Arya melihat dirinya yang lebih muda, berdiri di tepi ladang, dengan tatapan penuh rasa sakit karena kehilangan orang tuanya.

“Jika kau memiliki kekuatan ini saat itu, apakah kau akan mengubah segalanya?” tanya Nyx dari kegelapan.

Arya terdiam. Hatinya ingin mengatakan ya, tetapi dia tahu jawabannya lebih rumit dari itu.

“Tidak,” kata Arya akhirnya. “Aku tidak akan mengubah apa pun. Kehilangan itu menyakitkan, tetapi itu yang membentukku menjadi seperti sekarang. Jika aku mengubah masa lalu, aku mungkin tidak akan memiliki kekuatan untuk melindungi masa depan.”

Nyx tersenyum lebar. “Kau memahami esensi waktu. Tidak semua orang bisa menerima bahwa penderitaan adalah bagian dari perjalanan mereka.”

Dengan itu, ilusi menghilang, dan Arya kembali ke tepi danau. Nyx menyerahkan kristal ungu kepadanya.

“Kunci Langit Waktu adalah milikmu,” kata Nyx. “Tapi berhati-hatilah, Arya. Mereka yang mengejar Eterna semakin dekat.”

Ancaman Terbesar

Blades of the Forgotten Realm: Bab 7

Ketika Arya keluar dari Hutan Malam Kekal, dia merasa kelelahan tetapi lega. Dengan keempat kunci di tangannya, dia kini memiliki akses ke Sanctum Eterna, tempat inti kekuatan dunia ini tersembunyi.

Namun, di kejauhan, dia melihat cahaya merah gelap menyelimuti langit. Ketika dia mendekati sebuah desa untuk beristirahat, dia menemukan penduduknya telah menghilang, dan simbol aneh terukir di tanah: lingkaran dengan mata di tengahnya.

Kaelen muncul dari bayangan, tubuhnya kini lebih besar dan lebih kuat, dengan aura gelap yang berputar di sekelilingnya.

“Kau menemukan keempat kunci, Arya,” kata Kaelen dengan senyum dingin. “Terima kasih telah melakukan pekerjaanku. Sekarang aku akan mengambil semuanya darimu.”

Arya menghunus Pedang Harmoni. “Kau harus melewati aku dulu.”

Kaelen tertawa. “Tentu, aku akan melakukannya. Tapi tidak di sini. Kita akan bertemu lagi di Sanctum Eterna. Dan saat itu, kau akan melihat bahwa keseimbangan hanyalah ilusi.”

Dengan itu, Kaelen menghilang ke dalam bayangan, meninggalkan Arya dengan tekad baru untuk melindungi dunia ini, apa pun risikonya.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *