Shadows of Eternity: Cerita Fiksi Petualangan Raya dan Portal Ke Dunia Lain

Shadows of Eternity: Cerita Fiksi Petualangan Raya dan Portal Ke Dunia Lain

Shadows of Eternity: Cerita Fiksi Petualangan Raya dan Portal Ke Dunia Lain

Shadows of Eternity: Cerita Fiksi Petualangan Raya dan Portal Ke Dunia Lain – Di sebuah desa kecil yang tersembunyi di lembah hijau bernama Wira Angin, sebuah misteri telah lama membayangi. Desa itu, meskipun indah dengan sawah yang menghampar luas dan pegunungan biru di kejauhan, menyimpan sebuah rahasia gelap yang diwariskan dari generasi ke generasi. Rahasia itu dikenal sebagai Bayang-Bayang Keabadian.

Raya adalah seorang pemuda yang lahir di desa itu. Sejak kecil, ia sudah mendengar cerita tentang bayang-bayang yang katanya muncul setiap malam di bukit tua yang berada di tepi desa. Penduduk setempat menganggap bukit itu terkutuk. Tidak ada seorang pun yang berani mendekatinya setelah matahari terbenam.

Namun, bagi Raya, rasa ingin tahunya lebih besar daripada rasa takut. Ia sering duduk di dekat jendela kamarnya, memandang bukit itu dari kejauhan saat bulan purnama bersinar terang. Ada sesuatu yang memanggilnya—sesuatu yang tidak bisa ia abaikan.

“Ibu, kenapa orang-orang takut dengan bukit itu?” tanya Raya suatu malam.

Ibunya, seorang wanita lembut yang selalu menjaga tradisi keluarga, menatapnya dengan cemas. “Bukit itu adalah tempat di mana batas antara dunia ini dan dunia lain menjadi tipis, Nak. Jangan pernah mendekatinya, apa pun yang terjadi.”

Pertemuan dengan Bayangan

Ketika Raya beranjak dewasa, desanya menghadapi kemarau panjang. Hujan yang biasanya turun deras kini berhenti total, membuat panen gagal dan sungai-sungai mengering. Penduduk desa mulai khawatir, dan beberapa bahkan mengaitkan kemarau ini dengan bukit terkutuk itu.

“Seseorang harus pergi ke bukit dan berbicara dengan bayang-bayang,” kata seorang tetua desa di pertemuan malam itu.

Namun, tidak ada yang berani mengambil risiko. Ketika suasana menjadi semakin mencekam, Raya, yang kini berusia 18 tahun, berdiri. “Aku akan pergi,” katanya lantang.

Ibunya memeluknya dengan air mata. “Raya, jangan lakukan ini. Kau tidak tahu apa yang ada di sana.”

Namun, tekad Raya sudah bulat. Ia tahu ada sesuatu di bukit itu yang harus ia hadapi.

Perjalanan ke Bukit

Malam itu, Raya membawa lentera kecil dan tongkat kayu sebagai perlindungan. Langit gelap tanpa bintang, hanya diterangi oleh bulan sabit yang pucat. Ketika ia mendekati bukit, hawa dingin mulai menyelimuti tubuhnya, seolah-olah tempat itu tidak mengenal musim panas.

Saat ia mencapai puncak bukit, sesuatu yang aneh terjadi. Angin berhenti, dan dunia tampak sunyi, seperti tertelan oleh kekosongan. Di hadapannya, sebuah portal bercahaya samar muncul di tengah udara. Dari dalam portal itu, bayangan mulai keluar.

Bayangan itu berbentuk seperti manusia, tetapi tidak memiliki wajah. Ia bergerak dengan tenang, mendekati Raya.

“Siapa kau?” tanya Raya, suaranya gemetar.

“Aku adalah penjaga keabadian,” jawab bayangan itu dengan suara yang terdengar seperti ribuan bisikan sekaligus. “Mengapa kau datang ke tempat ini?”

“Aku ingin tahu kenapa desa kami menderita. Apakah kau penyebabnya?”

Bayangan itu tertawa kecil. “Desamu menderita karena takdir, bukan karena aku. Namun, jika kau ingin mengubah takdir, aku bisa membantumu. Tapi ada harga yang harus kau bayar.”

Tawaran dari Bayangan

Raya terdiam. Ia tahu bahwa setiap tawaran dari makhluk seperti ini pasti memiliki konsekuensi besar.

“Apa yang harus kubayar?” tanyanya hati-hati.

“Jiwamu,” jawab bayangan itu tanpa ragu. “Sebagai gantinya, aku akan memberikan hujan yang kau butuhkan, kemakmuran untuk desamu, dan jawaban untuk pertanyaan-pertanyaanmu.”

Raya merasa dadanya sesak. Ia tahu bahwa keputusan ini tidak hanya akan memengaruhi hidupnya, tetapi juga seluruh desa. Namun, sebelum ia bisa menjawab, bayangan itu melanjutkan.

“Aku akan memberimu waktu untuk berpikir. Kembalilah besok malam jika kau setuju.”

Bayangan itu menghilang, dan portal menutup dengan sendirinya. Raya turun dari bukit dengan pikiran yang berat, bertanya-tanya apakah ia benar-benar bisa mempercayai makhluk itu.

Penemuan Rahasia Desa

 

Shadows of Eternity: Cerita Fiksi Petualangan Raya dan Portal Ke Dunia Lain

Ketika Raya kembali ke desa, ia mencari tetua desa untuk menceritakan apa yang telah terjadi. Tetua itu menghela napas panjang setelah mendengar ceritanya.

“Bayang-bayang itu telah ada selama berabad-abad,” kata tetua itu. “Dulu, nenek moyang kita pernah membuat perjanjian dengannya. Mereka memberikan satu jiwa sebagai pengorbanan setiap seratus tahun untuk mendapatkan kemakmuran. Tapi saat perjanjian itu dilanggar, kutukan kemarau ini dimulai.”

Raya merasa ngeri mendengar hal itu. “Jadi, ini semua karena perjanjian nenek moyang kita?”

“Benar,” kata tetua itu. “Namun, jangan membuat kesepakatan baru. Setiap perjanjian dengan bayang-bayang hanya akan membawa kehancuran yang lebih besar.”

Malam Kedua di Bukit

Meski telah diperingatkan, Raya merasa dirinya tidak punya pilihan lain. Malam berikutnya, ia kembali ke bukit, kali ini dengan membawa kalung pusaka keluarganya yang konon memiliki kekuatan pelindung.

Ketika ia tiba di puncak, bayangan itu sudah menunggunya.

“Apakah kau siap?” tanya bayangan itu.

Raya mengambil napas dalam. “Aku punya satu permintaan. Jika aku memberikan jiwaku, kau harus memastikan desa ini aman untuk selamanya, bukan hanya untuk sementara waktu.”

Bayangan itu terdiam, lalu mengangguk. “Aku setuju. Tapi kau harus menyerahkan jiwamu sekarang.”

Namun, sebelum bayangan itu bisa menyentuhnya, Raya mengangkat kalung pusaka dan mengarahkannya ke bayangan. Sebuah cahaya terang memancar, membuat bayangan itu mundur dengan teriakan kesakitan.

“Kau mencoba menipuku!” teriak bayangan itu.

“Tidak, akulah yang akan mengakhiri kutukan ini,” kata Raya. Dengan kekuatan dari kalung pusaka, ia memusatkan cahayanya ke portal, membuatnya tertutup untuk selamanya.

Akhir dari Kutukan

Shadows of Eternity: Cerita Fiksi Petualangan Raya dan Portal Ke Dunia Lain

Ketika portal itu menghilang, bukit kembali sunyi. Angin mulai berhembus, dan udara dingin yang menyesakkan lenyap. Raya turun dari bukit dengan tubuh lemah, tetapi hatinya lega.

Keesokan harinya, hujan deras mengguyur desa untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun. Sungai kembali mengalir, dan tanaman mulai tumbuh subur. Penduduk desa bersorak gembira, tetapi hanya Raya dan tetua desa yang tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Raya menyimpan rahasia itu untuk dirinya sendiri, berjanji untuk melindungi desa dari kegelapan apa pun yang mungkin kembali. Ia tahu bahwa bayang-bayang mungkin telah lenyap, tetapi jejak keabadian mereka akan selalu mengintai di balik batas dunia.

Kisah Shadows of Eternity mengajarkan kita tentang keberanian, pengorbanan, dan pentingnya melindungi komunitas. Raya, dengan tekad dan kecerdasannya, berhasil mengakhiri kutukan yang telah membayangi desanya selama berabad-abad. Namun, ia juga menyadari bahwa kekuatan besar selalu datang dengan tanggung jawab yang besar.

Kini, Wira Angin kembali menjadi desa yang damai, tetapi legenda tentang bukit tua itu tetap hidup, mengingatkan semua orang bahwa keabadian adalah bayangan yang sebaiknya tidak pernah disentuh.

Comments

No comments yet. Why don’t you start the discussion?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *